Melayani rental/sewa mobil dengan/tanpa sopir Phone : 085842064577

Tampilkan postingan dengan label rental. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label rental. Tampilkan semua postingan

Kamis, 11 Februari 2016

AIR TERJUN LEPO

"Erawan Falls" di Pelosok Dlingo

Pokoh 1, Dlingo, Bantul, Yogyakarta, Indonesia (lihat peta)
Phone : +62 813 2539 6505
Ledok Pokoh menjadi destinasi baru berwisata seru. Serupa Erawan Falls di Thailand, Air Terjun Lepo memiliki 3 air terjun dan 4 kolam alami yang bisa digunakan untuk berenang atau sekedar bermain air hingga lupa waktu.

Cahaya matahari hanya bisa mengintip dari sela-sela pepohonan yang masih rimbun di musim peralihan ketika YogYES sampai di Dusun Pokoh 1, lokasi Air Terjun Lepo berada. Lepo merupakan kependekan dari Ledok Pokoh yang berarti lembah di Dusun Pokoh. Mengikuti jalanan menurun dan bersemen, akhirnya kami sampai di lokasi air terjun sekaligus pemandian alami di pelosok Dlingo ini. Terlihat beberapa remaja dan anak-anak asyik berenang dengan pelampung sambil bercanda dan sesekali melompat dari batu besar di tepi kolam. Tak ingin mengganggu keasyikan mereka, kami berjalan menuju kolam di bagian bawah yang lebih sepi.
Air terjun Lepo memang tak hanya memiliki satu kolam alami untuk berenang dan bermain air. Sekilas Lepo sangat mirip dengan Erawan Falls di Erawan National Park, Thailand. Ada 4 tingkat kolam alami yang dihubungkan oleh 3 air terjun di tempat wisata yang mulai dikembangkan tahun 2013 ini. Masing-masing kolam alami memiliki kedalaman yang beragam. Kolam pertama yang kami lihat ketika sampai tempat wisata ini kedalamannya mencapai 2 meter. Di kolam inilah remaja maupun orang dewasa biasanya berenang.
Menyusuri jalan setapak dan tangga batu di sisi air terjun, YogYES sampai di tingkatan kolam kedua. Kolam yang paling luas ini kedalamannya hanya sebatas pinggang orang dewasa, sehingga lebih aman jika anak-anak bermain air di kolam ini. Meskipun tak jarang anak-anak memilih berenang di kolam pertama. Kolam kedua ini dikelilingi oleh tebing-tebing batu yang tersusun eksotis. Sebuah titian batu dan selokan kecil menambah kecantikannya. Ceruk batu di salah satu sisi kolam menjadi spot terbaik menikmati air terjun di tingkat ini. Tampak beberapa remaja asyik memanfaatkan ceruk batu ini untuk ber-groufie. Sedangkan sebagian lainnya lebih memilih bermain air di dekat air terjun.
Tingkat ketiga adalah kolam yang paling dangkal, hingga bagian dasarnya yang tertutup endapan kapur pun terlihat dari permukaan air. YogYES kembali menyusuri jalan setapak dan tangga-tangga batu untuk sampai di kolam ketiga. Bagian yang menarik di kolam ketiga adalah tebing-tebing batu di sekitar air terjun yang berbentuk balok, seolah sengaja dipotong oleh tangan-tangan manusia. Karena tak ada persiapan baju ganti, kami harus puas hanya bermain air di kolam yang kedalamannya hanya mencapai lutut orang dewasa ini. Padahal, sejak pertama kali melihat warna turquoise yang mengisi kolam-kolam Air Terjun Lepo, kami sudah tak sabar untuk menceburkan diri ke dalam segarnya air. Tak berhenti di kolam ketiga, air terus mengalir ke kolam keempat sekaligus kolam terakhir. Tingkatan ini kira-kira sama dalamnya dengan kolam pertama namun jauh lebih sempit.
Sejuknya udara pegunungan dan keseruan bermain air telah menyihir kami hingga lupa kalau perut sudah mulai berdendang. Untungnya di sekitar Air Terjun Lepo sudah banyak warung-warung makan sederhana yang menyajikan beragam menu. Selain warung-warung makan, pengelola tempat wisata ini juga menyediakan kamar mandi, aula sederhana serta persewaan pelampung dan tikar. Serunya, untuk menikmati kecantikan Air Terjun Lepo, kita hanya perlu memberikan retribusi seikhlasnya serta tetap menjaga kebersihan dan keindahannya.

SUMBER
Share:

PEMANDIAN TIRTA BUDI

Blue Lagoon-nya Sleman

Desa Dalem, Widodomartani, Ngemplak, Sleman, Yogyakarta, Indonesia (lihat peta)
Phone: +62 813 9071 9434
Backflip dan byur! Dari jauh, beberapa anak tampak melakukan atraksi ini berkali-kali. Mereka asyik bermain di sebuah pemandian di tengah desa yang airnya jernih kebiruan. Pemandian itu bernama Tirta Budi, yang dikenal sebagai Blue Lagoon-nya Sleman.

Sudah sejak berpuluh-puluh tahun silam, warga Desa Dalem, Widodomartani hidup berkelimpahan air. Tiga buah mata air yang tak pernah kering menjadi tumpuan hidup mereka, Sendang Wadon (putri), Belik Kluwih dan Sendang Lanang (putra). Ketiga sendang tersebut berada di daerah aliran Kali Tepus. Sendang Wadon yang merupakan tempat pemandian para wanita, berada di dalam sebuah bilik dan berupa kolam kecil. Sementara itu, Belik Kluwih dan Sendang Lanang hadir dalam bentuk pancuran dengan air yang berasal dari dinding tepi kali. Air Belik Kluwih berkumpul dan membentuk sebuah kedung, sementara itu Sendang Lanang membentuk kolam kecil. Kedung inilah yang akhirnya dijuluki sebagai Blue Lagoon.
Sebetulnya, nama resmi pemandian ini adalah Pemandian Tirta Budi. Namun, anak-anak muda sudah terlanjur mengenalnya dengan nama Blue Lagoon lantaran airnya yang jernih dan biru. Meskipun mungil dan jauh berbeda dengan Blue Lagoon yang ada di Iceland, pemandian ini tetap saja unik dan mampu menarik perhatian banyak orang. Sehingga tak heran bila pemandian ini jadi kondang seantero Jogja dan ramai dikunjungi terutama ketika akhir pekan dan hari libur.
Untuk mencapai Pemandian Tirta Budi ini tidaklah sulit. Jika kita datang dari arah Jogja kota, langsung saja arahkan kendaraan ke Jalan Kaliurang. Sesampainya di kilometer 13, kita akan menemukan pertigaan Jalan Raya Besi-Jangkang di sebelah kanan jalan. Belok dan ikuti saja jalan raya ini hingga sampai di Pasar Jangkang. Dari pertigaan Pasar Jangkang, ambil arah kanan sekitar 100 meter dan ikuti petunjuk arahnya. Maka kita akan sampai di Blue Lagoon ini.
Pada musim penghujan, kedung ini akan menyatu dengan aliran air Kali Tepus yang mengakibatkan efek birunya menghilang. Meskipun demikian, tak perlu berkecil hati, kita tetap bisa berwisata air di sini. Pinjam saja pelampung dan ban yang disewakan oleh Pokdarwis Blue Lagoon dan cobalah meluncur dari sebuah bendungan kecil di ujung kali. Menjajal terapi pijat dari pancuran tinggi di sebelah Sendang Lanang pun tak kalah menariknya. Arahkan punggung atau bagian tubuh lain yang terasa pegal dan biarkan air yang memancur memijat kita.
Lelah bermain air, menikmati nasi kucing dan teh hangat sambil bersantai di gazebo-gazebo bambu karya warga sekitar menjadi pilihan yang lebih menyenangkan dibandingkan langsung pulang. Suara gemericik air, suara cicit burung dan angin yang menggesek daun-daun bambu adalah melodi alam yang mungkin sudah jarang ditemukan. Jika beruntung, kita juga dapat melihat anak-anak kecil setempat "beratraksi" ketika menceburkan diri ke air. Mereka terkadang dengan spontan melakukan gerakan backflip dan tak jarang pula berenang sambil berlomba mencari dan mengambil kelereng yang dilemparkan ke dalam sungai.
Ketika berkunjung ke Blue Lagoon, sebenarnya tak hanya sensasi segarnya bermain air dan berwisata sungai saja yang dapat kita nikmati. Pasalnya, Desa Dalem yang kini juga dikenal dengan nama Desa Wisata Blue Lagoon ini pun memberi kesempatan kita untuk melihat lebih dekat kehidupan masyarakat di sekitarnya. Jadi, jika bosan dengan suasana kota, coba saja untuk live in di sini dan berbaur bersama warga. Tinggal di homestay, mencicipi sego wiwit, es dung-dung hingga belajar membatik pasti menyenangkan.

SUMBER
Share:

HUTAN PINUS MANGUNAN

Berburu Foto di Tengah Ketenangan

Dlingo, Mangunan, Bantul, Yogyakarta, Indonesia (lihat peta)
Hutan Pinus Mangunan memang populer sebagai lokasi hunting foto bahkan pre-wedding. Deretan pinus yang tumbuh subur teratur tak kalah cantik dengan hutan-hutan yang sering dijadikan lokasi syuting film di luar negeri.

Jogja di pagi hari tampak lengang, tanpa banyak kendaraan berlalu-lalang. Saat matahari masih bersinar malu-malu dan sebagian orang lebih memilih bergelung di dalam selimut, beberapa anak muda terlihat bersemangat mengayuh sepeda di jalanan perbukitan Dlingo yang naik turun dan mengular. Tanpa bersusah payah mengucurkan peluh mengayuh sepeda, YogYES pun melalui jalanan serupa pagi ini. Sebuah tanah lapang di tepi jalan menjadi tempat pemberhentian kami. Berseberangan dengan tempat kami mematikan mesin kendaraan, deretan pohon pinus menjulang memenuhi pandangan. Terbayang jika cuaca sedang berkabut, maka suasana hutan-hutan Pacific Northwest dapat dinikmati di Jogja.
Hutan Pinus Mangunan, begitulah bagian dari hutan di kawasan RPH (Resort Pengelolaan Hutan) Mangunan yang ditumbuhi tanaman Pinus Merkusii ini disebut. Lokasinya yang bisa ditempuh searah dengan situs makam Raja-Raja Imogiri membuat YogYES dan banyak orang keliru menyebutnya menjadi Hutan Pinus Imogiri. Padahal secara administratif hutan pinus ini tidak termasuk kawasan Imogiri.
Sebelum menjadi salah satu destinasi wisata, hutan di kawasan Mangunan adalah sebuah tanah tandus yang kemudian direboisasi. Tak hanya pinus, jenis pohon lain seperti mahoni, akasia, kemiri dan kayu putih juga ditanam di lahan yang luasnya kurang lebih 500 Ha ini. Kini kawasan Mangunan, terutama bagian yang ditanami pohon pinus tak hanya berfungsi sebagai hutan lindung namun juga dikelola sebagai salah satu tujuan wisata. Tak hanya suasana hutan nan asri yang menarik perhatian banyak wisatawan, keberadaan sumber mata air Bengkung yang dipercaya oleh masyarakat sekitar sebagai lokasi pertapaan Sultan Agung Hanyakrakusuma pun menarik para peziarah untuk datang berkunjung. Untuk menemukan situs mata air yang kemudian dibangun pemerintah Belanda pada tahun 1925 hingga 1930 ini ada beberapa jalan yang bisa ditempuh, bisa dengan trekking dari tempat parkir menembus hutan yang rapat mengikuti jalur outbond Watu Abang atau jalan melingkar yang lebih jauh namun bisa ditempuh dengan sepeda atau sepeda motor.
Ketika kami menjejakkan kaki di tanah yang sebagian besar tertutup daun pinus kering bak permadani, sinar matahari semakin menanjak tinggi dan terlihat mulai mengintip dari sela-sela batang pinus. Sinarnya yang menghangatkan mau tak mau mengusir dingin yang menemani semenjak kami datang. Celotehan segerombolan anak muda yang diselingi dengan tawa mulai mengisi keheningan yang tadinya hanya berisi suara gesekan dedaunan. Tak perlu waktu lama, beberapa dari mereka mulai asyik berpose dan mengabadikan gaya menggunakan kamera. Beratraksi di atas batang-batang pinus yang telah bertransformasi menjadi bangku-bangu sederhana atau duduk di ayunan dengan pose manja.
Suasana hutan pinus yang selalu disebut-sebut seperti hutan di Forks atau kota-kota kecil lain di Evergreen State dalam film Hollywood menjadi daya tarik tersendiri bagi para pencinta fotografi dan penggila selfie. Hingga tak heran hutan pinus ini sering didatangi untuk keperluan fotografi termasuk pre-wedding. Selain view deretan pohon pinus yang mempercantik background foto, ada filosofi menarik tentang pohon pinus sebagai lambang cinta orang Korea. Menurut mereka, pohon pinus yang berbatang tegak lurus adalah simbol cinta yang lurus dan tidak bercabang-cabang. Sedangkan daun pinus yang selalu hijau diibaratkan sebagai cinta yang tak pernah berakhir, Everlasting love
Sementara orang-orang heboh mengabadikan setiap momen dalam jepretan kamera, saya memilih untuk menikmati suasana hutan dalam ayunan hammock di bawah kanopi dedaunan pinus. Gemeresik gesekan daun dan ranting menjadi simfoni alam yang mampu melelapkan semua orang ke dalam khayalan. Suasana tenang di Hutan Pinus Mangunan mampu melenyapkan semua beban serta kerumitan yang memenuhi lorong-lorong pikiran.

Sumber.
Share:

PUNCAK BECICI

Senja yang Tersembunyi di Balik Deretan Pinus Merkusii

Dusun Gunung Cilik, Desa Gunung Mutuk, Dlingo, Bantul, Yogyakarta, Indonesia (lihat peta)
Tersembunyi di balik deretan tanaman pinus merkusii yang tumbuh menjulang, langit senja di Bantul terlihat begitu mempesona. Dan ketika gelap datang, panorama lautan bintang-bintang imitasi pun membuat siapa saja yang memandang berdecak penuh kekaguman.

Saat YogYES memacu kendaraan ke arah selatan Jogja, sengatan matahari masih terasa membakar kulit meskipun posisinya mulai bergeser ke arah barat. Setelah memasuki kawasan Desa Muntuk, barulah kegarangannya mulai tergantikan dengan teduh dan sejuknya udara perbukitan. Pemandangan lahan-lahan terasering yang kemudian berlanjut dengan deretan pohon-pohon pinus menemani sisa perjalanan YogYES ke tempat tujuan hingga kami mendapat sambutan berupa gapura selamat datang. Tak jauh dari gapura, beberapa gubuk sederhana tampak memenuhi salah satu bahu jalan, berderet rapi berdampingan. Di gubuk-gubuk sederhana itulah warga setempat menjamu para pengunjung kawasan wisata Puncak Pinus Becici dengan minuman dan makanan ringan yang dijual.
Roda-roda kendaraan kami masih melaju hingga ujung jalan bersemen, tempat kendaraan-kendaraan pengunjung lain diparkir. Selanjutnya kami masih harus berjalan melalui jalan setapak masuk ke dalam bagian hutan pinus yang lebih rapat. Menurut salah satu anggota pokdarwis setempat, hutan pinus yang dikenal sebagai daerah Hutan Sudimoro 1 atau Becici Asri ini masih merupakan bagian dari Hutan Lindung di bawah pengelolaan RPH Mangunan. Berbeda dengan Hutan Pinus Mangunan yang lebih dulu populer sebagai kawasan wisata, Becici Asri awalnya hanya dikelola sebagai hutan produksi penghasil getah pinus untuk bahan dasar terpentin dan gondorukem. Namun panorama dari bukit di bagian baratlah yang membuat orang-orang berdatangan untuk menikmati keindahannya hingga kawasan ini pun berubah menjadi destinasi wisata.
Nama Becici yang terdengar asing di telinga pun sebenarnya memiliki cerita sejarah tersendiri. Becici berasal dari gabungan kata "ambeg" yang berarti berdiam diri dan kata suci, dua kata yang merujuk pada cerita turun temurun kepercayaan masyarakat setempat. Cerita tentang putra pendiri Desa Muntuk yang bertapa di bukit di bagian barat hutan pinus dan kemudian ingin disemayamkan di bukit yang sama ketika meninggal dunia. Terlepas dari benar tidaknya cerita tutur ini, di puncak Bukit Becici memang ditemukan sebuah petilasan menyerupai makam.
Suara daun pinus yang bergesekan diterpa angin menjadi melodi alam yang menemani perjalanan kami menembus hutan pinus. Hanya perlu waktu sekitar lima belas menit dari parkiran untuk mencapai puncak Bukit Becici. Tak hanya barisan pohon-pohon pinus tinggi menjulang, kami juga menemui bangku-bangku dari batang pinus, ayunan kayu, beberapa gazebo sederhana dan gardu pandang dengan pengamanan ala kadarnya di sepanjang tepi jalan setapak. Terdapat pula area datar yang lumayan luas untuk bermain serta camping ground dengan jarak pohon pinus yang tak terlalu rapat. Semakin dekat dengan puncak bukit, jarak pohon-pohon pinus ini pun semakin renggang. Hingga matahari yang tadinya terhalang daun-daun pinus pun kembali menampakkan diri, semakin condong ke arah barat namun masih bersinar penuh semangat. Menyilaukan setiap mata yang mencoba menatapnya.
Puncak Becici memang spot yang tepat untuk menikmati saat-saat matahari terbenam karena bukit ini menghadap ke arah barat. Tak heran ketika kami tiba di puncak, sudah banyak orang yang menunggu momen-momen pergantian siang menuju malam. Ada yang terlihat asik berfoto di atas gardu pandang. Beberapa lainnya tampak berfoto di tepi tebing dekat dengan pagar besi pengaman. Sementara ada pula yang terlihat duduk-duduk di gazebo dan bangku-bangku dari kayu pinus yang tumbang. Mungkin menunggu giliran untuk berpose di atas gardu pandang. Sebuah ayunan tak berpenghuni pun menjadi pilihan saya untuk menikmati landscape yang disuguhkan sambil menunggu kesempatan menaiki gardu pandang.
Matahari semakin rendah ketika tiba giliran saya mencoba menaiki gardu pandang. Dengan ekstra hati-hati karena tak ada perlengkapan semacam tali pengaman, saya akhirnya bisa duduk di atas papan yang dibangun pada sebatang pohon pinus ini. Ada sensasi menggelitik ketika tempat yang saya pijak ini sedikit bergoyang diterpa angin. Namun tak ingin menyia-nyiakan waktu menunggu giliran yang lumayan panjang, saya mencoba melawan rasa takut dengan bertahan sedikit lebih lama duduk di atas gardu pandang hingga langit semakin gelap dan matahari pun mulai menyelimuti dirinya dengan awan-awan lembut di batas cakrawala. Tak ingin buru-buru beranjak, kami menunggu hingga langit benar-benar gelap, menunggu hingga bintang-bintang imitasi mulai bermunculan dan berpendar cantik mengisi bidang-bidang gelap di bawah kami.

Sumber
Share:

Rabu, 10 Februari 2016

HUBUNGI KAMI

Nama: raditya
phone : 085842064577
Alamat : jl.cempaka 2 rt/rw 01/01
                 Mertoyudan,magelang
                 Jawa tengah


lokasi kami

Share:

Selasa, 09 Februari 2016

Rental mobil magelang

Tata rental mobil melayani sewa mobil dengan atau tanpa sopir
Tersedia unit avansa,xenia,kijang inova,elf.
..
Share: