Melayani rental/sewa mobil dengan/tanpa sopir Phone : 085842064577

Tampilkan postingan dengan label rental. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label rental. Tampilkan semua postingan

Jumat, 12 Februari 2016

RUMAH KAMERA

Siapa sangka bangunan-bangunan unik hanya ada di luar negri saja? Pernahkah anda menjumpai rumah unik yang satu ini? Rumah unik ini berbentuk kamera DSLR yang berada di Magelang. Tepatnya di Desa Majaksingim, Kecamatan Borobudur, Magelang. Rumah unik berbentuk kamera ini lokasinya kurang lebih 1 km tidak jauh dari Kompleks Candi Borobudur.
Seorang seniman bernama Tanggol Angien Jatikusumo lah sang pemilik ide sekaligus rumah tersebut. Dengan luas tanah 3.800 meter dengan ukuran 17 x 18 meter, berdiri bangunan unik yang belum pernah kita jumpai dimanapun saat ini. Ya, disitulah Rumah Kamera dibangun. Rumah kamera tersebut dibangun sejak tahun 2013 dengan menghabiskan dana kurang lebih 1 milyar.
Karena sebagai “pelampiasan” ketika masa mudanya yang sangat gigih demi mendapatkan sebuah kamera SLR yang mumpuni, ia harus berjuang dengan tidak mudah. Kemudia setelah berhasil, sebagai seniman lokal ia menumpahkan idenya itu dalam bentuk bangunan permanen yang populer dimasyarakat dengan nama Rumah Kamera.
Bangunan unik dengan 4 lantai ini, terdapat lampu flash pada kamera DSLR sebagai pintuk masuk rumah tersebut. Bagian mode dan LCD dijadikan sebagai jendela. Selain itu, lensa kamera merupakan bangunan bertingkat berbentuk silinder untuk melihat pemandangan desa dari atas.  Banyak wisatawan domestik maupun mancanegara yang naik ke lantai paling atas untuk melihat Candi Borobudur dan pemandangan alam sekitarnya. Bagian dalam bangunan ini terdapat ornamen wayang dan juga batik khas jawa tentunya.
Rumah Kamera ini tidak digunakan Tanggol untuk dijadikan tempat tinggal sebagaimana fungsi rumah semestinya, melainkan digunakan untuk Galeri lukisannya.  Sebagai seorang seniman (pelukis) profesional, Tanggol Angien Jatikusumo ingin mengabdikan seluruh sisa hidupnya untuk mengajar anak anak melukis. Tujuan mulia ini adalah mengasah jiwa seni setiap insan yang diharapkan agar para seniman muda tidak hanya menjadi buruh kaum kapitalis, namun bisa berdikari dalam naungan dimana dia lahir dan hidup.
Jadi, apa salahnya anda selain berkunjung ke Candi Borobudur juga berkunjung rumah unik yang satu yang sudah masuk Rekor MURI sebagai rumah kamera terbesar di Indonesia sekaligus di dunia!


Sumber
Share:

TOP SELFIE PINUSAN

Terletak di duaun pogalan,pakis,magelang (lihat peta)

DSCF7109
Magelang seolah tak berhenti menebar pesona, kali ini ada tempat wisata yang sedang menjadi tren baru di Magelang, wisata hutan pinus. Saya pertama kali ngeh ada tempat wisata ini dari foto-foto Instagram Simon Onggo, setelah bertanya akhirnya saya segera meluncur ke hutan pinus yang rupanya dinamai Wisata Top Selfie Pinusan Kragilan.
Lokasinya berada di Kaponan, Pakis, yang merupakan kecmatan paling ujung di Magelang dan berada di lereng Merbabu. Tentunya hawa dingin langsung menyergap begitu saya sampai di lokasi Top Selfie Pinusan Kragilan. Wisata ini masih baru, sebulanan ini baru jadi tren karena banyak yang posting di facebook dan instagram, hutan pinus yang menjadi perbincangan lokal di Magelang.
Pengunjung terus mengalir ketika saya datang, pasti mereka sama penasarannya dengan saya, penasaran dengan hutan pinus ini. Tiket masuk hanya Rp 2.000 untuk motor dan Rp 5.000 untuk mobil, tidak ada pungutan lain selain tiket itu tadi.
DSCF7148
Hutan pinus ini terletak di lereng bukit, tidak tampak dari pinggir jalan raya. Pengunjung harus mengikuti jalanan beton sempit menuju hutan pinus. Lantas setelah merayapi bukit, kita akan tiba di lereng yang terlindungi bukit dan di sinilah lokasi Top Selfie Pinusan Kragilan berada. Sejauh mata memandang memang hanya ada pinus, hutan ini tersembunyi sampai lokasi wisata ini kemudian dipopulerkan.
Dinamai Top Selfie karena memang banyak yang berfoto selfie di tempat ini. Turunan curam menuju tempat parkir memang menjadi spot selfiepaling populer, mulai selfie dengan tongsis dan hape sekadarnya sampaiselfie serius dengan kamera DSLR, orang-orang datang dan ber-selfiedengan rupa-rupa gaya mereka.

Hutan Pinus ini memang indah, teduh saat siang, tenang semilir angin, cocok untuk yang ingin bersantai dari penat. Bagi penghobi foto, bisa mengeskplorasi hutan pinus ini yang belum semua terjelajahi, dijamin akan menemukan titik foto bagus di tempat ini.
Ada beberapa bagian hutan pinus yang dibangun seperti tempat parkir motor dan mobil, beberapa warung dan juga dek yang dipasang di pohon pinus. Untuk mengeksplorasi tempat ini sudah ada jalan setapak menuju bagian dalam hutan pinus. Sekilas hutan ini tampak kecil, tapi setelah dijelajahi rupanya luas juga dan melelahkan.
Jika ingin bertualang bisa menuruni lereng hutan pinus dan menuju Sungai Selo Tumpang. Ketika saya turun ke sungai rupanya debit airnya sedang kering karena musim kemarau. Pemandangan ketika menuruni lereng sangat magis, pinusnya merunduk teduh, menyapa hangat pengunjung yang datang.
Hutan Spot Foto
Sesuai namanya, Top Selfie Pinusan Kragilan memang tempat yang diperuntukkan untuk berfoto.  Mayoritas berfoto selfie, tapi jika dijelajahi tempat ini bagaikan taman bermain raksasa untuk para penghobi foto.
Coba bayangkan jika kabut masih turun tempat ini bisa menjadi tempat foto pre wedding yang magis. Para pencari cahaya juga bisa mengambil foto dari cahya mentari yang menerobos daun dan pohon pinus nan tinggi.
DSCF7160
DSCF7116Saya mengkhayal seandainya dikembangkan tempat ini bisa menjadi tempat untuk hunting foto, mulai dari foto landscape, foto pre wedding, foto perpisahan kelas, foto iklan dan macam-macam. Setidaknya dari apa yang ada seperti kontur, hutan pinus dan panorama alam yang disediakan, tempat ini menjanjikan untuk menjadi salah satu tempat berburu foto.
Bisa juga tempat ini jadi syuting video, kalau melihat ambience di sini, cocok untuk syuting video a la band post rock, atau video timelapse memanfaatkan Ray of Light, hembusan angin sampai kabut yang di pagi hari masih memeluk tempat ini. Perlu waktu untuk mengembangkan tempat ini, namun setidaknya melihat animo besar mereka yang berfoto maka Top Selfie Pakisan Kragilan bisa menjadi hutan khusus untuk foto-foto di Magelang.
Warga Berdaya
Top Selfie Pakisan Kragilan baru populer sebulan ini dan baru mulai dikembangkan sejak dua bulan silam. Siapakah di balik kepopuleran tempat ini? Masyarakat, warga Kragilan-lah yang mengembangkan, mempromosikan dan mengelola tempat ini.
Warga Kragilan kemudian membuat struktur organisasi pengelola. Mereka yang termasuk pengelola mengenakan seragam biru hitam dan berbagi tugas, mulai dari mengatur jalan, menjaga loket masuk, menjaga tempat parkir sampai menjadi pemandu yang tersebar di area Top Selfie Pakisan Kragilan.
Saya salut dengan semangat warga ini, pemasukan yang didapatkan dari loket masuk akan masuk ke kas dusun kemudian bagi hasil dengan warga yang turut mengelola tempat ini. Garis organisasinya tampak jelas di lapangan, ada koordinatornya, ada penanggungjawabnya dan semuanya bekerja dengan tugasnya masing-masing.

Warga mengatur pengunjung yang datang dan menarik tiket masuk
Warga mengatur pengunjung yang datang dan menarik tiket masuk

Nama Top Selfie juga masyarakat yang mencetuskan. Mereka menganggap namanya unik dan menjual, maka jadilah nama tersebut digunakan sebagai nama hutan pinus ini.
Apa yang dilakukan oleh Warga Kragilan adalah konsep cerah pengelolaan pariwisata oleh masyarakat. Di mana masyarakat melihat potensi yang dimiliki daerahnya, memiliki kemauan untuk  mengembangkan daerahnya sendiri. Mengelola mulai dari loket masuk sampai kebersihan sampah, semua oleh warga, berdikari demi daerah sendiri.
Daya dan upaya warga ini perlu didukung. Maka datanglah ke Top Selfie Pakisan Kragilan, dengan kita datang minimal kita sudah memberikan sesuatu untuk warga. Dengan mempromosikan maka warga akan senang, upaya mereka akan dikenal.
Di masa yang akan datang, seiring populernya tempat ini. Semoga warga akan mengelolanya dengan benar, membangun infrastruktur yang lebih memadai, memberikan alokasi dana untuk kebersihan dan upaya untuk menjaga alam di sekitar tempat ini supaya pengelolaan pariwisata yang mereka lakukan bisa berlanjut di masa yang akan datang. Semoga warga semakin berdaya dan belajar pengelolaan pariwisata dengan lebih baik lagi.
DSCF7112
Lokasi
Lokasi tempat wisata ini ada di Desa Kaponan, Pakis, Magelang. Nah, jika ingin menuju hutan pinus Top Selfie Pakisan Kragilan maka bisa menempuh tiga alternatif jalur.
1. Jalur Muntilan/Blabak – Ketep. Dari Ketep mengambil jalur ke arah Kopeng, kira-kira 4 kilometer dari Ketep di sebelah kiri jalan akan terlihat spanduk Top Selfie Pakisan Kragilan.
2. Jalur Kopeng. Dari Kopeng ikuti jalur ke arah Ketep, Top Selfie akan ada di kanan jalan setelah memasuki daerah Kaponan
3. Jalur Candimulyo. Dari arah Candimulyo menuju Kaponan, setelah bertemu pertigaan jalur Kopeng-Ketep ambil ke kiri/ke arah Kopeng. Top Selfie Pakisan Kragilan akan ada di kiri jalan.


Jalur menuju Top Selfie Pakisan Kragilan
Jalur menuju Top Selfie Pakisan Kragilan

Estimasi waktu tempuh dari Magelang sekitar satu jam perjalanan dengan motor dan satu setengah jam perjalanan dengan mobil. Saya menyarankan lebih baik menggunakan motor jika ke sana, jalur menuju Ketep sedikit rusak di jalur Blabak-Sawangan, pun jalur di dalam hutan pinus sempit dan susah untuk mobil berpapasan, lokasi parkir mobil pun terbatas.


SUMBER
Share:

AIR TERJUN KEDUNG KAYANG

Terletak di Desa Wonolelo, Kecamatan Sawangan, Kabupaten Magelang, Propinsi Jawa Tengah. (lihat peta)






Air Terjun Kedung Kayang yang terletak di Desa Wonolelo, Kecamatan Sawangan, Kabupaten Magelang, Propinsi Jawa Tengah. (lihat peta) menawarkan keindahan alam yang begitu dasyat karena air yang masih sangat jernih,sangat cocok bagi anda yang ingin menghilangkan kepenatan.


Share:

PUNTHUK SETUMBU

SUNRISE DI PUNTHUK SETUMBU
Dusun Kerahan,Karangrejo,Borobudur.Magelang (lihat peta)





Bagi anda pemburu Sunrise,Punthuk Setumbu adalah tempat yang wajib anda kunjungi ketika anda berkunjung ke magelang.Bukit dengan tinggi 400mdpl dan terletak di barat daya Candi Borobudur ini akan menyajikan pemandangan pagi yang mempesona.

Share:

Kamis, 11 Februari 2016

GUA KISKENDO

Sepenggal Kisah Ramayana yang Tertinggal di Gua

Jatimulyo, Girimulya, Kulon Progo, Yogyakarta, Indonesia (lihat peta)
Gua Kiskendo menawarkan pengalaman menelusuri keelokan lorong panjang berliku berhias stalagtit serta jejak sepenggal kisah Ramayana yang tertinggal dalam perut bumi.

Mata kami seketika terpana oleh pemandangan relief yang terpahat pada tebing-tebing batu di sekitar pintu masuk gua. Ukuran relief yang besar dan terjaga membuatnya semakin nyata. Setiap fragmen yang terpahat melemparkan saya pada Ramayana, sebuah epos paling legendaris di dunia, kisah perebutan Dewi Shinta antara Rama dan Rahwana.
Namun, tak banyak yang tahu bahwa awal mula persekutuan Rama dan kerajaan kera tak bisa dilepaskan dari cerita pertempuran yang tak kalah sengitnya, yaitu pertempuran antara Mahesasura dan Lembusuro melawan Subali manusia kera. Maka di Goa inilah kita akan menelusuri kisahnya.Tak seperti kebanyakan gua yang hanya bisa dinikmati keelokannya, Gua Kiskendo menawarkan dua hal, sebuah kisah sekaligus keindahan.
Memasuki mulut gua kita akan disambut oleh puluhan sarang laba-laba yang menempel di bibir gua. Sementara akar pepohonan saling berkait di beranda. Matahari yang garang perlahan semakin tak bernyali mengikuti kami yang mulai menuruni dinginnya undak-undakan. Semakin lama semakin gelap hingga terang hanya bisa didapatkan dari headlamp yang mulai kami nyalakan. Sepanjang jalur penelusuran ini telah dialasi beton sehingga tak harus menjadi seorang caver profesional bila ingin menelusurinya. Meski begitu tetesan air dari stalagtit yang membentuk lubang-lubang kecil serta hawa dingin membuat penelusuran kali ini tak kalah mendebarkan.
Goa sedang sepi, hanya kami berdua dan seorang guide yang dengan setia menceritakan setiap lorong gua yang konon adalah istana dari kakak beradik berkepala kerbau dan sapi sekaligus medan pertempurannya melawan Subali. Seketika saya membayangkan bagaimana pertempuran itu terjadi, bagaimana kecemasan Sugriwa yang menunggu dengan was-was keselamatan kakaknya yang tengah bertempur dengan kakak beradik Mahesasura dan Lembusuro di dalam gua. Pun saat melihat sebuah lubang besar menuju langit di atas kepala, saya seolah benar-benar sedang melihat drama kepanikan Subali yang terkurung lantaran pintu masuk yang tertutup batu sehingga harus menjebol langit-langit gua untuk bisa keluar.
Total ada 9 situs pertapaan yang ada di sana, masing-masing adalah Pertapaan Tledek, Kusuman, Padasan, Santri Tani, Semelong, Lumbung Kampek, Selumbung, Seterbang, dan Sekandang. Di tengah-tengah gua, dekat sebuah ruangan yang serupa dengan aula kecil, terdapat gentong berisi air. Air yang berasal dari tetesan stalagtit tersebut bisa kita minum untuk melepas dahaga setelah menelusuri setiap lorong gua sejauh sekitar 1 km.
Menelusuri Gua Kiskendo telah membuat saya seolah sedang menonton pementasan teater dengan artistik sebuah karya masterpiece garapan seorang seniman. Sementara relief yang terpahat indah di sekitarnya serupa prosa yang dibacakan dengan suara merdu nan berat oleh seorang narator. Pandangan perlahan semakin terang, matahari kembali benderang. Pementasan telah berakhir.

SUMBER mobil
Share:

CAVE TUBING KALISUCI

Berpeluk Mesra dengan Arus Sungai di Perut Bumi

Semanu, Gunungkidul, Yogyakarta, Indonesia (lihat peta)
Mengarungi sungai bawah tanah menggunakan ban pelampung menjanjikan sensasi tersendiri. Petualangan sesungguhnya dimulai saat aliran sungai memasuki relung gua yang gulita. Siapkan diri Anda untuk petualangan eksotik yang tak kan pernah terlupa.

Kabupaten Gunungkidul selama ini dikenal sebagai kawasan yang tandus dan gersang karena hampir semua topografi wilayahnya terdiri dari perbukitan kapur atau yang lebih dikenal dengan istilah perbukitan karst. Saat musim kemarau tiba, warna hijau tanaman segera berubah menjadi kecoklatan akibat meranggas. Namun, di balik kegersangan perbukitan karst Gunungkidul menyimpan jutaan potensi wisata yang jarang ditemui di tempat lain. Salah satunya adalah gua-gua indah yang tersembunyi di perut bumi dengan sungai yang mengalir deras di dalamnya.
Menyusuri sungai yang mengalir melewati gua-gua bawah tanah menjadi salah satu petualangan wisata yang ditawarkan di Kalisuci, Semanu, Gunungkidul. Dikenal dengan istilah cave tubing, petualangan ini memadukan aktivitas caving (susur gua) dan body rafting. Berbekal informasi bahwa aktivitas cave tubing ini hanya ada di Mexico, New Zealand, dan Gunungkidul, YogYES pun semakin semangat dan tak sabar untuk segera memulai petualangan baru yang mengasyikkan dan penuh tantangan. Setelah life jacket, helm, dan semua peralatan yang diperlukan terpasang dengan sempurna di tubuh, YogYES pun mulai menyusuri jalan setapak di antara ladang jati menuju titik dimulainya cave tubing Kalisuci.
Aliran sungai yang berkelak-kelok terlihat dari ketinggian tebing. Airnya yang biru kehijauan terlihat kontras dengan warna coklat tanah, tebing karst, serta daun-daun yang meranggas sehingga menciptakan harmoni lukisan alam yang mempesona. Setelah semua duduk di atas ban pelampung, pengarungan sungai pun dimulai. Ban mulai bergerak seirama aliran air. Saat tiba di arus tenang maka tangan harus difungsikan sebagai kayuh supaya terus melaju, sedangkan saat memasuki jeram ban akan melaju dengan cepat serta berputar-putar mengikuti arus. Di beberapa titik yang penuh dengan bebatuan maupun jeram yang ekstrim dan sulit dilewati, YogYES terpaksa harus keluar dari sungai dan berjalan kaki sambil mengusung ban pelampung.
Petualangan sesungguhnya dimulai saat aliran sungai memasuki relung Gua Kalisuci dan Gua Gelatik. Sinar matahari menghilang dan berganti dengan suasana remang bahkan gelap, satu-satunya pencahayaan hanya berasal dari headlamp. Stalaktit yang terlihat di atap gua terus meneteskan air, beberapa diantaranya merupakan batu kristal. Tiga ekor kelelawar nampak bergelantungan di langit-langit gua, ikan besar berenang di bawah kaki, dan seekor laba-laba besar menempel di stalagmit. Keindahan gua dan kesejukan sungai yang menyatu dalam keheningan membuat diri enggan beranjak pergi. Berpeluk mesra dengan dinginnya aliran sungai di perut bumi dengan bonus pemandangan alam yang cantik dan eksotik benar-benar menjadi petualangan yang tak kan pernah terlupa.
Keterangan: Wisata Cave tubing Kalisuci akan ditutup saat curah hujan tinggi, karena itu bagi wisatawan yang hendak cave tubing harap menghubungi pengelola yang terdiri dari penduduk lokal beberapa hari sebelumnya untuk memastikan kondisi sungai. Contact person: Winarto (0877 3879 4513), Kendro (0878 3974 0730), Yanto (081 7412 2826).

SUMBER
Share:

CAVE TUBING GUA PINDUL

Petualangan Mengarungi Sungai Bawah Tanah yang Sarat Kisah

Karangmojo, Gunung Kidul, Yogyakarta, Indonesia (lihat peta)
Rasakan sensasi pelusuran sungai di dalam gua menggunakan ban pelampung. Sambil menyusuri gelapnya lorong gua yang berhiaskan stalaktit dan stalagmit yang indah, Anda juga akan disodori dengan legenda pengembaraan Joko Singlulung mencari ayahnya.
Menyusuri sungai menggunakan perahu karet merupakan hal yang biasa, namun jika sungai itu mengalir di dalam gua tentu saja akan menjadi petualangan yang mengasyikkan sekaligus menegangkan. Gua Pindul, salah satu gua yang merupakan rangkaian dari 7 gua dengan aliran sungai bawah tanah yang ada di Desa Bejiharjo, Karangmojo, menawarkan sensasi petualangan tersebut. Selama kurang lebih 45 - 60 menit wisatawan akan diajak menyusuri sungai di gelapnya perut bumi sepanjang 300 m menggunakan ban pelampung. Petualangan yang memadukan aktivitas body rafting dan caving ini dikenal dengan istilah cave tubing.
Tidak diperlukan persiapan khusus untuk melakukan cave tubing di Gua Pindul. Peralatan yang dibutuhkan hanyalah ban pelampung, life vest, serta head lamp yang semuanya sudah disediakan oleh pengelola. Aliran sungai yang sangat tenang menjadikan aktivitas ini aman dilakukan oleh siapapun, mulai dari anak-anak hingga orang dewasa. Waktu terbaik untuk cave tubing di Gua Pindul adalah pagi hari sekitar pukul 09.00 atau 10.00 WIB. Selain karena airnya tidak terlalu dingin, jika cuaca sedang cerah pada jam-jam tersebut akan muncul cahaya surga yang berasal dari sinar mataha
SUMBER
ri yang menerobos masuk melewati celah besar di atap gua.
Sambil merasakan dinginnya air sungai yang membelai tubuh di tengah gua yang minim pencahayaan, seorang pemandu bercerita tentang asal-usul penamaan Gua Pindul. Menurut legenda yang dipercayai masyarakat dan dikisahkan turun temurun, nama Gua Pindul dan gua-gua lain yang ada di Bejiharjo tak bisa dipisahkan dari cerita pengembaraan Joko Singlulung mencari ayahnya. Setelah menjelajahi hutan lebat, gunung, dan sungai, Joko Singlulung pun memasuki gua-gua yang ada di Bejiharjo. Saat masuk ke salah satu gua mendadak Joko Singlulung terbentur batu, sehingga gua tersebut dinamakan Gua Pindul yang berasal dari kata pipi gebendul.
Selain menceritakan tentang legenda Gua Pindul, pemandu pun akan menjelaskan ornamen yang ditemui di sepanjang pengarungan. Di gua ini terdapat beberapa ornamen cantik seperti batu kristal, moonmilk, serta stalaktit dan stalagmit yang indah. Sebuah pilar raksasa yang terbentuk dari proses pertemuan stalaktit dan stalagmit yang usianya mencapai ribuan tahun menghadang di depan. Di beberapa bagian atap gua juga terdapat lukisan alami yang diciptakan oleh kelelawar penghuni gua. Di tengah gua terdapat satu tempat yang menyerupai kolam besar dan biasanya dijadikan tempat beristirahat sejenak sehingga wisatawan dapat berenang atau terjun dari ketinggian. Tatkala YogYES masih menikmati indahnya ornamen gua di sela bunyi kepak kelelawar dan kecipak air, mendadak pengarungan sudah sampai di mulut keluar gua. Bendungan Banyumoto yang dibangun sejak jaman Belanda dengan latar belakang perbukitan karst pun menyambut.

SUMBER
Share:

GUA KIDANG KENCANA

Pertemuan si Penggembala dengan Kidang Kencana

Sabrang kidul, Purwosari, Girimulyo, Kulon Progo, Yogyakarta, Indonesia (lihat peta)
Phone: +62 852 2895 1355
Cerita tentang pertemuan seorang penggembala dengan seekor rusa menjadi sejarah awal penamaannya. Petualangan seru menyusuri perut bumi pun dimulai ketika memasuki sebuah lubang dengan penerangan seadanya.

Zamrud di barat Jogja itu kembali memberikan kejutan kecil yang tak hanya menyuguhkan keindahan namun juga menantang para petualang. Di balik perbukitan sunyi dan tanah karst yang tertutup vegetasi rapat nan subur, sebuah lorong perut bumi menyimpan pesona alaminya. Setelah Gua Kiskendo yang memukau dengan sepenggal kisah Ramayana, Kulon Progo masih memiliki Gua Kidang Kencana yang menunggu untuk dijelajahi.
Lokasinya yang berdekatan dengan Gua Kiskendo membuat saya berpikir penggalan kisah Ramayana lainnya terpaut dengan gua yang berada di perbukitan Dusun Sabrang Kidul ini. Apalagi nama Kidang Kencana mengingatkan saya pada kisah tentang seekor rusa jadi-jadian yang sengaja dikirim Rahwana untuk memisahkan Rama dari Dewi Shinta. Namun ternyata, pertemuan seorang penggembala dan seekor rusa ratusan tahun silamlah yang menjadi sejarah awal penamaan gua yang lorongnya mencapai 350 meter ini. Menurut cerita masyarakat setempat, Mbah Bongsoriyo yang kehilangan kambingnya tak sengaja menemukan hewan piaraannya itu berada di dalam sebuah gua bersama seekor rusa. Sejak itulah gua tempat pertemuan Mbah Bongsoriyo dan si rusa dinamakan Gua Kidang Kencana.
Mulut gua yang curam dan tak terlalu besar dengan diameter sekitar dua meter mengantarkan YogYES masuk ke dalam kegelapan lorong gua, setelah sebelumnya kami harus berjalan sejauh 450 meter melewati jalan cor beton. Hanya dengan bantuan cahaya yang berasal dari head lamp, kami pun mulai berjalan mengikuti aliran sungai kecil, menyusuri gua bersama dua orang pemandu yang masih keturunan Mbah Bongsoriyo. Tak ada lampu penerangan atau jalanan cor semen yang memudahkan YogYES untuk mengeksplorasi keelokan hasil fenomena endokarst di dinding gua. Bahkan tak jarang kami harus berjalan jongkok atau merangkak jika lubang di perut bumi ini semakin menyempit. Lorong gua yang bisa menembus bagian di balik bukit ini memang dibiarkan alami tanpa ada perubahan sedikit pun.
Tak melulu lorong gua yang sempit, proses karstifikasi oleh aktivitas air tanah dan air hujan ribuan tahun silam di Gua Kidang Kencana juga menyisakan ruang gua yang lebih lapang, dengan bentukan-bentukan alami berupa ornamen-ornamen dan ukiran unik di dinding gua. Sebut saja Ringin Kurung yang merupakan batuan kapur besar menyerupai pohon beringin lebat, batuan serupa kentongan, ruangan luas yang disebut Selangit, bebatuan alami menyerupai stupa candi yang disebut Candi Sewu, Soko Bentet yang merupakan tiang gua hasil penyatuan stalaktit dan stalagmit, Bungkus Angkrem berupa batu besar menyerupai bentuk hati, Langit Kuntoro, Bulus serta Pancoran. Seluruh ornamen di Gua Kidang Kencana itu pun menambah kekayaan fenomena geologis di Kulon Progo yang senantiasa membuat para penikmatnya berdecak kagum, seperti kami.

SUMBER
Share:

AIR TERJUN SRI GETHUK

Gemuruh Suara Air Pemecah Hening di Tanah Kering

Playen, Gunungkidul, Yogyakarta, Indonesia (lihat peta)
Terletak di antara ngarai Sungai Oya yang dikelilingi areal persawahan nan hijau, Air Terjun Sri Gethuk selalu mengalir tanpa mengenal musim. Gemuruhnya menjadi pemecah keheningan di bumi Gunungkidul yang terkenal kering.

Eksotisme Grand Canyon di daerah utara Arizona, Amerika Serikat tentunya tak bisa disangkal lagi. Grand Canyon merupakan bentukan alam berupa jurang dan tebing terjal yang dihiasi oleh aliran Sungai Colorado. Nama Grand Canyon kemudian diplesetkan menjadi Green Canyon untuk menyebut obyek wisata di Jawa Barat yang hampir serupa, yakni aliran sungai yang membelah tebing-tebing tinggi. Gunungkidul sebagai daerah yang sering diasumsikan sebagai wilayah kering dan tandus ternyata juga menyimpan keindahan serupa, yakni hijaunya aliran sungai yang membelah ngarai dengan air terjun indah yang tak pernah berhenti mengalir di setiap musim. Air terjun tersebut dikenal dengan nama Air Terjun Sri Gethuk.
Terletak di Desa Wisata Bleberan, Air Terjun Sri Gethuk menjadi salah satu spot wisata yang sayang untuk dilewatkan. Untuk mencapai tempat ini Anda harus naik kendaraan melewati areal hutan kayu putih milik PERHUTANI dengan kondisi jalan yang bervariasi mulai dari aspal bagus hingga jalan makadam. Memasuki Dusun Menggoran, tanaman kayu putih berganti dengan ladang jati yang rapat. Sesampainya di areal pemancingan yang juga berfungsi sebagai tempat parkir, terdapat dua pilihan jalan untuk mencapai air terjun. Pilihan pertama yakni menyusuri jalan setapak dengan pemandangan sawah nan hijau berhiaskan nyiur kelapa, sedangkan pilihan kedua adalah naik melawan arus Sungai Oya. Tentu saja Yogya memilih untuk naik rakit sederhana yang terbuat dari drum bekas dan papan.
Perjalanan menuju Air Terjun Sri Gethuk pun dimulai saat mentari belum naik tinggi. Pagi itu Sungai Oya terlihat begitu hijau dan tenang, menyatu dengan keheningan tebing-tebing karst yang berdiri dengan gagah di kanan kiri sungai. Suara rakit yang melaju melawan arus sungai menyibak keheningan pagi. Sembari mengatur laju rakit, seorang pemandu menceritakan asal muasal nama Air Terjun Sri Gethuk. Berdasarkan cerita yang dipercayai masyarakat, air terjun tersebut merupakan tempat penyimpanan kethuk yang merupakan salah satu instrumen gamelan milik Jin Anggo Meduro. Oleh karena itu disebut dengan nama Air Terjun Sri Gethuk. Konon, pada saat-saat tertentu masyarakat Dukuh Menggoran masih sering mendengar suara gamelan mengalun dari arah air terjun.
Tak berapa lama menaiki rakit, suara gemuruh mulai terdengar. Sri Gethuk menanti di depan mata. Bebatuan yang indah di bawah air terjun membentuk undak-undakan laksana tepian kolam renang mewah, memanggil siapa saja untuk bermain di dalam air. Yogya pun turun dari rakit dan melompati bebatuan untuk sampai di bawah air terjun dan mandi di bawahnya. Kali ini rasanya seperti berada di negeri antah berantah di mana air mengalir begitu melimpah. Air mengalir di sela-sela jemari kaki, air memercik ke seluruh tubuh, air mengalir di mana-mana. Seorang kawan tiba-tiba berteriak "Ada pelangi!". Saat menengadah, selengkung bianglala nan mempesona menghiasi air terjun. Sesaat Yogya merasa menjadi bidadari yang berselendangkan pelangi.

SUMBER
Share:

TEGAL ARUM ADVENTURE PARK

Serunya Petualangan Menikmati Ukiran Alam di Tengah Suasana Pedesaan

Sidorejo, Karangtengah, Wonosari, Gunungkidul, Yogyakarta, Indonesia (lihat peta)
Phone : +62 818 0407 8555, +62 812 2708 6361, +62 818 0407 8555
Tegalarum Adventure Park menawarkan petualangan seru yang dibalut indahnya suasana pedesaan, merasakan sensasi berbeda menyusuri arus sungai karst dengan suguhan unik ukiran-ukiran alamnya nan menawan.

Kendaraan Yogya terus melaju melewati jalanan yang semakin menyempit dan lengang, meninggalkan hiruk pikuk suasana kota jauh di belakang. Memasuki deretan pohon-pohon di hutan jati yang mulai meranggas akibat kemarau, akhirnya Yogya tiba di tempat tujuan. Tak lama kemudian life vest sudah melekat erat di badan, tak lupa sepatu karet serta caping bambu sebagai perlengkapan tambahan yang biasa digunakan sebelum memulai petualangan di Tegalarum Adventure Park. Menyusuri aliran sungai sambil menikmati keunikan ukiran-ukiran alam dengan cara river tubing atau body rafting adalah salah satu petualangan seru yang ditawarkan oleh Tegalarum Adventure Park, sensasi petualangan yang akan YogYES coba rasakan kali ini.
Kembali menembus deretan pepohonan jati sejauh 300 meter dari parkiran, sampailah kami di tepi sungai tempat penjelajahan berawal. Sensasi dingin seketika menyergap kaki-kaki dan sebagian badan kami yang tenggelam dalam jernihnya air sungai. Bahkan saking jernihnya, beberapa bagian sungai yang dangkal terlihat dasarnya. Dibantu oleh seorang pemandu, Yogya memulai penyusuran sungai yang arusnya tak terlalu deras ini. Duduk tenang diatas ban pelampung ekstra besar dan membiarkan arus air membawa kami melaju mengarungi panjangnya Sungai Bachin dan Sungai Gempal. Meskipun tak jarang kami harus memfungsikan tangan sebagai dayung ketika ban-ban pelampung yang kami tumpangi tak lagi melaju karena arus yang terlalu kecil.
Di awal penyusuran, kami disuguhi dengan panorama menawan ukiran alam pada dinding-dinding batuan karst. Debit air sungai yang meninggi di musim penghujanlah yang menorehkan pahatan-pahatan pada bantaran sungai, berulang terus menerus setiap tahun. Masih terkagum-kagum dengan ukiran alam pada dinding karst, kami kembali disuguhi pemandangan unik lainnya. Berseberangan dengan dinding batu karst yang dipahat oleh air, tampak deretan fosil-fosil akar tumbuhan yang membatu, membeku oleh waktu.
Sebuah air terjun yang tak terlalu tinggi sejenak menghentikan penyusuran Yogya. Waktu istirahat yang tak lama ini kami manfaatkan dengan bermain air di bawah air terjun. Beberapa dari kami malah mencoba memanjat dinding-dinding tebing untuk merasakan sensasi pijatan dari jatuhnya air. Hanya beberapa saat dan penyusuran pun berlanjut. Berbeda dengan perjalanan awal dengan arus sungai cukup tenang, kali ini kami melewati beberapa jeram dan sempat membuat ban-ban pelampung yang kami tumpangi berputar-putar, melaju zig-zag bahkan menabrak bongkahan bebatuan ketika sungai menyempit.
Petualangan kami menyusuri sungai kurang lebih sepanjang dua kilometer ini pun berakhir ketika kami sampai di air terjun kedua. Namun keseruan tak berhenti sampai di sini. Perjalanan kami masih berlanjut dengan trekking melewati pematang di tengah area persawahan nan hijau menghampar. Singgah di sebuah gubuk sederhana, kami pun disuguhi sajian kelapa muda yang terasa begitu pas dinikmati di tengah suasana alam pedesaan nan kental. Tak cukup dengan sajian kelapa muda, usai membersihkan diri kami masih disuguhi menu makan siang khas Gunungkidul yang terkenal dengan nasi merahnya sebagai penutup perjalanan. Berpetualang di Tegalarum Adventure Park memang seperti paket komplit. Tak hanya disuguhi pemandangan unik, namun juga petualangan menarik serta suasana back to nature yang asyik.

SUMBER
Share:

PUNCAK KOSAKORA

Tempat Selfie Anak Muda Kekinian yang Hobi Jalan-jalan

Banjarejo, Tanjungsari, Gunungkidul, Yogyakarta, Indonesia (lihat peta)
Puncak Kosakora populer sebagai tempat favorit untuk selfie di kalangan anak muda kekinian yang hobi jalan-jalan. Tangga batuan karst yang curam pun harus ditaklukkan untuk mencapai puncaknya yang memiliki panorama pantai menawan dari ketinggian.

Fenomena eksokarst Pegunungan Sewu ratusan tahun silam menyisakan eksotisme bentang alam di Gunungkidul Jogja. Deretan conical hills diikuti jalanan naik turun yang kini kami lewati menuju salah satu wisata di kabupaten paling timur di Jogja ini adalah buktinya. Berkendara 2 jam lamanya ternyata belum bisa membawa YogYES sampai ke tempat wisata tujuan. Kami diharuskan trekking sekitar 2 km dengan medan yang cukup melelahkan untuk menuju tempat wisata yang namanya kondang di kalangan anak muda ini.
Ladang-ladang penduduk adalah pemandangan awal yang menemani kami di awal trekking, hingga kami sampai di sebuah padang rumput yang lumayan luas. Sebuah mitos tentang tanah yang dikeramatkan oleh masyarakat sekitar menjadi cerita di balik papan bertuliskan larangan mendirikan bangunan di padang rumput yang disebut Lemah Sangar ini. Trekking berlanjut hingga kami sampai di Pantai Ngrumput. Dari pantai pasir putih yang yang ditumbuhi rumput di beberapa sudutnya ini, tempat tujuan kami sudah terlihat. Tepat di timur pantai dengan bendera sebagai tandanya.
Tangga curam dari batuan karst dengan tumbuhan pandan laut (Pandanus odorifer) rimbun di kiri kanannya mengantarkan kami ke Puncak Kosakora, dataran paling tinggi di bukit yang dulunya disebut Bukit Ngrumput oleh masyarakat Tanjungsari. Semenjak seorang traveller yang tak sengaja singgah menjulukinya Kosakora, ia pun menjadi primadona wisata baru yang tak pernah sepi pengunjung.
Puncak Kosakora adalah hasil fenomena eksokarst lain di Gunungkidul. Sebuah bukit karst yang berada dalam satu garis dengan deretan pantai-pantai cantik Gunungkidul. Pantai Ngrumput, Pantai Drini, Pantai Watu Kodok, Pantai Sepanjang, Pantai Kukup bahkan Mercusuar Pantai Baron yang jauh di barat pun dapat terlihat dari bukit yang berketinggian sekitar 50 mdpl ini. Bukit yang dulunya sunyi itu, kini menjadi buah bibir banyak orang yang ingin menikmati keindahan panoramanya atau sekedar ingin selfie dengan background landscape pantai selatan dari ketinggian, seolah selfie di savana Kenawa.
Teriknya matahari siang itu tak membuat para remaja dan anak-anak muda yang mengunjungi Puncak Kosakora mengurungkan diri untuk mengambil potret diri. Mereka asyik saja berpose di depan kamera tak jauh dari papan kayu sederhana bertuliskan Puncak Kosakora. Tak ingin perjalanan jauh ini sia-sia, kami pun ikut ber-groufie ria. Namun hanya beberapa jepretan kamera dan kami pun menyerah, tak tahan dengan panasnya.
Jika ingin berkunjung ke Puncak Kosakora, YogYES sarankan datang di pagi atau sore hari, saat sinar matahari tak begitu menyengat. Atau, jika ingin menikmati keindahan sunset dan sunrise bisa juga camping di Puncak Kosakora. Di tempat ini telah tersedia persewaan tenda dome untuk menginap tanpa harus membawa sendiri dari rumah. Cukup mengeluarkan uang Rp 60.000 untuk tenda kecil atau Rp 100.000 untuk tenda besar.
Terlanjur datang di saat matahari sedang garang dan tak ada rencana untuk bermalam, kami pun hanya memilih berteduh di gubuk bambu. Melepas lelah sambil menikmati pemandangan samudera luas yang hilang dalam batas cakrawala, mengagumi luasnya ciptaan Tuhan.

SUMBER
Share: